Hi, Namaku Musfiq Fadhil, mahasiswa prodi Kesmas. Kawan-kawan
kuliah saya biasa memanggilku Fadhil.
Saya merupakan salah satu dari sedikit orang yang beruntung dapat
menikmati bangku kuliah di universitas walaupun berasal dari keluarga dengan
ekonomi yang susah
(Miskin a.k.a Missqueen).
Bagaimana bisa seorang yang tidak mampu alias miskin, dengan
kecerdasan yang rata-rata (standar) seperti saya bisa kuliah?
Yups, Kamu Benar!
Lewat Program Pemerintah: Bidikmisi.
Begini Cerita Perjalanan saya hingga bisa berkuliah.
Kondisi Ekonomi Keluarga
Saya berasal dari Keluarga yang serba pas-pasan.
Abah saya seorang guru di Madrasah Diniyah dengan gaji
sukarela dari wali murid.
Ibu saya pedagang kecil di pasar dengan keuntungan yang
hanya beberapa ribu rupiah saja setiap harinya.
Cukup untuk makan.
Kebutuhan rekreasi? Sangat jarang sekali saya dan saudara
saya diajak berlibur mengunjungi suatu tempat wisata.
Bahkan,
agak ngos-ngosan untuk
bayar biaya sekolah saya dan saudara-saudara saya
Perjalanan Pendidikan
Saya masih ingat,
Saat masih duduk di kelas 3 SD, saya sampai berbuat curang
pada kartu SPP. Dengan lugunya, saya dengan menulis angka nominal pembayaran
pada kolom di kartu berwarna berwarna hijau itu.
Tujuannya, ya agar terlihat sudah dibayar.
Tapi tentu saja, ketahuan. Hehe.
Untungnya,
Tak lama setelah itu, program pemerintah yang menggratiskan
biaya sekolah untuk jenjang SD-SMP bergulir. Tak perlulah saya membayar uang
sekolah.
Kebetulan juga, saya termasuk anak yang boleh dibilang
pinter saat sekolah dulu gan (sombong dikit).
Meski gak diatas rata-rata.
Di SMP langganan ranking parallel satu sekolah entah
peringkat 2 atau 3.
Saya diterima di sekolah SMA Negeri, namun gilaa..
Ternyata biaya uang gedung/uang pangkal/uang masuk atau apalah itu namanya saat itu sekitar 3 juta !
Uang segede itu mana punya.
Gak bisa dicicil lagi.
Saya diterima di sekolah SMA Negeri, namun gilaa..
Ternyata biaya uang gedung/uang pangkal/uang masuk atau apalah itu namanya saat itu sekitar 3 juta !
Uang segede itu mana punya.
Gak bisa dicicil lagi.
Alhasil, saya masuk di SMA Swasta yang kalah saing dengan
semaraknya gembar gembor sekolah SMK.
Uang pangkalnya murah banget, cuma ratusan ribu
Gak nyampe jutaan.
Bisa dicicil pula..
Wah, senangnya.
Gak peduli brandnya apa, yg penting saya bisa lanjut sekolah.
Dan enaknya lagi,
Uang pangkalnya murah banget, cuma ratusan ribu
Gak nyampe jutaan.
Bisa dicicil pula..
Wah, senangnya.
Gak peduli brandnya apa, yg penting saya bisa lanjut sekolah.
Dan enaknya lagi,
Di SMA swasta ini ada program membebaskan biaya (beasiswa) bagi
mereka yang peringkat satu di kelas.
Karena jumlah siswanya sedikit sekali (30 orang), jadi saya mudah
untuk meraih peringkat ranking `1.
Alhasil selama SMA, saya dibebaskan biaya hingga lulus.
(Terimakasih, saya ucapkan kepada SMA Ma’arif Bulakamba,
Brebes)
Bisa Kuliah !
Nah, ini inti dari tulisanku padda bab ini nih.
Terus baca ya..
Oke, sebenarnya saya tak pernah tuh berpikiran bisa kuliah
mengingat saya sadar kondisi ekonomi keliarrga yang pas-pasan.
Apalagi, biaya kuliah yang katanya MAHAL.
(Memang kenyataannya mahal sih)
Sayapun tak pernah serius, dan ambil pusing mengenai apakah
setelah lulus SMA bisa lanjut kuliah atau tidak.
Cerita bermula saat menjelang kelulusan SMA.
Iseng-iseng tuh saya daftar SNMPTN yang katanya bisa masuk
universitas tertentu tanpa tes (enak banget ya).
Tak lupa, saya juga daftar bidikmisi agar apabila diterima
bisa tanpa biaya.
Saat pendaftaran SNMPTN itu, saya memilih jurusan ilmu
komputer, teknik nuklir, dan satunya lupa (yang jelas bukan kesmas).
Hasilnya tentu saja, gagal.
Mengingat SMA saya swasta, tak terkenal pula.
Mana bisa diterima oleh univ lewat jalur snmptn.
Hehe.
Lalu iseng-iseng lagi saya mendaftar kali ini lewat jalur
SBMPTN.
Belajarlah saya sedikit-sedikit tentang soal soal tes masuk
lewat jalur sbmptn.
Saya kala itu belum ada gambaran ingin masuk ke jurusan apa.
Lalu, ada kakak kelas yang menyarankan pilih jurusan
kesehatan masyarakat.
Saya meng iyakannya.
Singkat cerita saya melalui tes tertulis di semarang.
(Di kesempatab lain mungkin akan saya ceritakan detail
pengalaman saya saat ujian SBMPTN ini)
Dan tanpa disangka, saya diterima!
Kuliah gratis dengan biaya bidikmisi dari pemerintah.
Perasaan saya?
Tentu senang,
Apalagi saya satu-satunya anak ortu yang bisa menempuh
pendidikan hungga perguruan tinggi.
Jadi, ekonomi keluarga yang susah bukan merupakan penghalang
bagi kamu yang ingin kuliah.
Apalagi saat ini sudah banyak beasiswa yang diberikan oleh
pemerintah maupun swasta berseliweran yang informasinya dapat diakses dengan
mudah melalui internet.
Intinya, kamu perlu berusaha, berdoa dan tentu saja: Bejo.
Sekian,
Tetap Semangat!
Comments
Post a Comment