Anemia |
2.1
Anemia
2.1.1 Pengertian
Anemia adalah keadaan
berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Secara fisiologi, harga normal
hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian
tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada
anemia.
Tabel 2.
Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia
|
|
HEMOGLOBIN
|
KELOMPOK
|
UMUR
|
|
|
|
( gr/dl )
|
|
|
|
|
6 bulan – 6 tahun
|
<11
|
Anak
|
|
|
|
6 tahun – 14 tahun
|
<12
|
|
Wanita dewasa
|
<12
|
Dewasa
|
Laki-laki dewasa
|
<13
|
|
Ibu hamil
|
<11
|
|
|
|
|
Sumber:WHO, 2001
|
|
2.1.2 Etiologi Anemia
Anemia
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1) Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat),
asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel
darah merah dalam sirkulasi.
3) Hemolisis
Hemolisis
adalah proses penghancuran eritrosit.
2.1.3 Klasifikasi Anemia
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga
jenis anemia:
1) Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena
perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada
sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan
perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 –
101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
2) Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar
dari normal dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35
%). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat),
serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)
3) Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil
dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal.
(Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab
anemia mikrositik hipokrom:
1)
Berkurangnya
zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2)
Berkurangnya
sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
3)
Berkurangnya
sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
2.1.4
Anemia Defisiensi Besi (ADB)
2.1.4.1 Pengertian
ADB adalah anemia yang terjadi
akibat kekurangan cadangan zat besi. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis hemoglobin sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit.16,17Zat besi yang tidak adekuat disebabkan oleh rendahnya asupan besi total
dalam makanan atau bioavailabilitas besi yang dikonsumsi menurun (makanan
banyak serat, rendah daging, dan rendah vitamin C), kebutuhan akan zat besi
yang meningkat (pada bayi prematur, anak dalam pertumbuhan, ibu hamil dan
menyusui), perdarahan kronis, diare kronik, Malabsorbsi, serta infeksi cacing
tambang. Dilihat dari beratnya defisiensi besi dalam tubuh, dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :
1)
Tahap
Pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage
iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya cadangan besi.
2) Tahap kedua
Tahap ini disebut dengan iron
limited erythropoiesis dimana penyediaan besi yang tidak cukup untuk
menunjang eritropoiesis.
3) Tahap ketiga
Keadaan ini disebut juga Iron
Deficiency Anemia (IDA) terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum
tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb..
Tabel 3. Parameter Defisiensi Besi
Parameter
|
Tahap 1
|
Tahap 2
|
Tahap 3
|
|
Normal
|
Sedikit
|
Menurun jelas
|
|
|
menurun
|
|
Cadangan besi (mg)
|
< 100
|
0
|
0
|
Fe serum (ug/dl)
|
normal
|
< 60
|
< 40
|
TIBC (ug/dl)
|
360-390
|
>390
|
>410
|
Saturasi transferin (%)
|
20-30
|
<15
|
<10
|
Feritin serum (ug/dl)
|
<20
|
<12
|
<12
|
Sideroblas (%)
|
40-60%
|
<10
|
<10
|
FEP (ug/dl)
|
>30
|
>100
|
>200
|
MCV
|
normal
|
normal
|
Menurun
|
Sumber : Iron
Metabolism and Iron Deficiency, (Lukens, 1995)18
Iron
Deficiency Anemia, (Hillman, 1995)19
2.1.4.2 Tanda dan Gejala
Gejala umum anemia disebut juga
sebagai sindroma anemia yang dijumpai pada ADB apabila kadar hemoglobin turun
di bawah 7-8 g/dl, badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang serta
telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada
konjunctiva dan jaringan di bawah kuku.Sedangkan gejala khas pada ADB adalah: Koilonychia, Atropi papil , dan
Stomatitis angularis (cheilosis),
2.1.4.3
Diagnosis Anemia
Kriteria
diagnosis ADB menurut WHO dan Lanzkowsky:16
1.
Kadar Hb
kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (Normal : 32 – 35 %)
3. Kadar Fe serum < 50 Ug/dl ( Normal 80 – 180 ug/dl) 4. Saturasi
transferin < 15% (Normal 20 – 50 %)
5.
Pemeriksaan
apus darah tepi hipokrom mikrositik yang dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH,
dan MCHC yang menurun.
6.
Pada
perwarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi berkurang.
2.4 Pengaruh
Pemberian ASI dan MPASI dengan ADB
ASI memiliki peran utama dalam
pencegahan penyakit pada anak. Penelitian-penelitian terdahulu telah
membuktikan bahwa Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan berpengaruh terhadap
kejadian obesitas, diabetes melitus, dan penyakit kardiovaskular.25 Hal tersebut dapat terjadi
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh seperti
Lactobacillus bifidus, lisozim, komplemen C3 dan
C4, sitokin, antibodi,
serta imunitas seluler, yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan parasit.
Oleh karena itu, dengan adanya zat kekebalan tubuh
pada ASI, maka bayi dengan ASI ekslusif selama 6 bulan terlindungi dari
berbagai macam penyakit. Pasca enam bulan pemberian ASI ekslusif saja tidak
cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi. Pemberian ASI saja pada usia
pasca enam bulan hanya akan memenuhi sekitar 60 – 70 % kebutuhan bayi.
Sedangkan yang 30 – 40 % harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan
tambahan. Sementara itu pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat dalam
kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita defisiensi zat
esensial seperti besi. Hal tersebut didukung oleh penelitian Jin So Moon MD,
yang menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan penuh dan
pemberian MP-ASI terhadap anemia pada bayi.
Comments
Post a Comment